just sharing delicios food
Sabtu, 25 Oktober 2014
Penyebab keguguran berulang
Senang rasanya setelah telat haid dan test pack hasilnya, ternyata setelah kehamilan menginjak 10 Minggu saya mengalami pendarahan hebat dan akhirnya harus abortus keguguran itu terjadi dibulan januari 2014,dan di Bulan september 2014 saya hamil lagi kebetulan kejadian bulan januari kemarin membuat saya trauma dan saya benar benar menjaga kehamilan saya, ternyata allah berkehendak lain saya harus mengalami keguguran lagi karena janin saya Tidak berkembang didalam perut.
saya benar benar down banget dan menganggap tahun ini bener2 tahun yang berat buat saya,
sebenernya penyebab dari keguguran itu sendiri belom saya ketahui, tapi dari riwayat keluarga ibu, tante dab kaka saya pernah menngalami yang Keguguran.
sedih rasanya mengalami keguguran untuk yang kedua kalinya saya merasa down dan selalu bertanya tanya apa yang salah dalam diri saya. akhirnya saya memutuskan untuk tes laboratorium untuk memastikan penyebab keguguran, mungkin buat temen temen semua yang akan merencanakan kehamilan sebaiknya untuk minta di tes Torch karna jaman sekarang banyak sekali calon ibu mengalami janin tidak berkembang atau sering disebut dengan Blighted Ovum, yang disesbabkan oleh virus torch.
Setelah tanya tanya ke berbagai Laboratorium Untuk Check Torc dan dan Aca di Prodia dan Pramitha Total tes keseluruhan untuk test Torch semuanya 1,950.000 dan tes aca sendiri 1000.0000
lumayan juga kan mahal.. hiks hikss tapi saya memutuskan untuk coba chek di Prodia karna di situ ada Promo 20 persen, semoga setelah chek lab saya bisa tau penyebab keguguran berulang. semoga kejadian keguguran ini tidak pernah terjadi lagi dikehidupan saya. sedikit artikel buat bunda bunda tentang keguguran bisa di baca ya bun, biar bunda juga bisa waspada
Apa itu Keguguran?
Keguguran diartikan sebagai keluarnya janin atau persalinan prematur sebelum bayi mampu untuk hidup, yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Sekitar 10 sampai 20% kehamilan mengalami keguguran, dan lebih dari 80% terjadi sebelum usia kandungan 12 minggu.
Apa Penyebab Keguguran?
Antara 50 dan 70% pada trimester pertama, keguguran disebabkan oleh kelainan kromosom yang terjadi saat proses pembuahan. Paling sering terjadi karena telur atau sperma yang masuk memiliki jumlah kromosom yang salah, akibatnya telur atau embrio yang dibuahi tidak dapat berkembang secara normal.
Kelainan kromosom saat proses pembuahan ini dinamakan blighted ovum (saat ini biasanya disebut di kalangan medis sebagai kegagalan kehamilan dini). Dalam kasus ini, implan telur yang dibuahi di dalam rahim dan plasenta dan juga kantung kehamilan mulai berkembang, namun embrio yang dihasilkan berhenti berkembang sangat awal atau tidak membentuk janin sama sekali.
Karena plasenta mulai mengeluarkan hormon, saat Anda mengecek kehamilan dengan alat tes kehamilan mungkin hasil yang keluar adalah positif, tetapi ketika di USG yang terlihat adalah kantung kehamilan kosong. Dalam kasus lain, embrio tidak berkembang dengan normal, sehingga sangat tidak mungkin janin dapat bertahan hidup. Perkembangan janin tersebut berhenti sebelum jantung mulai berdetak.
Jika pada usia kehamilan enam minggu Anda melakukan USG dan melihat janin memiliki detak jantung yang normal, dan Anda tidak memiliki gejala seperti pendarahan atau kram, peluang untuk keguguran akan kecil sekali
Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Berisiko Keguguran
Meskipun setiap wanita berisiko keguguran, namun akan lebih besar risikonya kepada seseorang yang memiliki kecenderungan seperti berikut:
1. Usia: wanita dengan usia yang lebih tua berisiko mengandung bayi dengan kelainan kromosom dan besar kemungkinannya untuk keguguran. Wanita yang hamil saat usia 40 tahun berisiko keguguran dua kali lipat dibanding wanita berusia 20 tahun.
2. Riwayat keguguran: wanita yang memiliki dua atau lebih riwayat keguguran secara berturut-turut lebih mungkin dibandingkan wanita lain untuk keguguran lagi.
3. Penyakit kronis: diabetes tidak terkontrol dan kelainan darah tertentu yang diwariskan, gangguan autoimun (seperti sindrom antifosfolipid atau lupus), dan gangguan hormonal (seperti sindrom ovarium polikistik) adalah beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko keguguran.
4. Masalah rahim atau serviks: memiliki kelainan tertentu pada rahim bawaan, kondisi rahim yang parah (pita jaringan parut), atau leher rahim yang lemah atau tidak normal (dikenal sebagai insufisiensi serviks) adalah peluang untuk keguguran. Hubungan antara fibroid rahim dan keguguran masih kontroversial, namun kebanyakan fibroid tidak menimbulkan masalah.
5. Riwayat cacat lahir atau masalah genetik: jika Anda, pasangan, atau anggota keluarga Anda memiliki kelainan genetik, pernah diidentifikasi punya masalah genetik pada kehamilan sebelumnya, atau pernah melahirkan anak dengan cacat lahir, Anda akan berisiko lebih tinggi untuk keguguran pada kehamilan selanjutnya.
6. Infeksi: penelitian telah menunjukkan risiko yang paling tinggi untuk keguguran jika Anda memiliki listeria, gondok, rubella, campak, cytomegalovirus, parvovirus, gonorrhea, HIV, dan infeksi tertentu lainnya.
7. Merokok, minum alkohol, dan menggunakan narkoba: merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat-obatan seperti kokain dan MDMA (ekstasi) selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingginya tingkat mengonsumsi kafein dan peningkatan risiko keguguran.
8. Obat: terdapat beberapa obat yang jika dikonsumsi dapat meningkatkan risiko keguguran. Penting bagi Anda untuk meminta penjelasan kepada dokter jika diberikan beberapa obat untuk diminum saat hamil. Hal ini juga berlaku untuk obat resep, termasuk obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seperti ibuprofen dan aspirin.
9. Racun lingkungan: faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang berisiko keguguran adalah racun yang ada di lingkungan. Beberapa bahan kimia seperti formaldehid, benzena, dan etilen oksida, dan dosis besar radiasi atau gas anestesi dianggap berbahaya.
10. Faktor Paternal: kondisi ayah juga berkontribusi terhadap risiko keguguran. Para peneliti sedang mempelajari sejauh mana sperma dapat rusak oleh racun lingkungan tapi masih memungkinkan untuk membuahi sel telur. Beberapa studi telah menemukan risiko yang lebih besar untuk mengalami keguguran ketika ayah telah terkena merkuri, timbal, dan beberapa bahan kimia industri dan pestisida.
11. Obesitas: beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara obesitas dan keguguran.
12. Prosedur Diagnostik: ada kemungkinan kecil terhadap risiko keguguran setelah chorionic villus sampling (diagnosa yang dilakukan pada jaringan plasenta) dan amniosentesis (suatu pemeriksaan diagnostik menggunakan cairan ketuban, untuk mengetahui kemungkinan kelainan pada janin).
13. Risiko keguguran juga akan tinggi jika Anda hamil kembali dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan
Langganan:
Postingan (Atom)